Sedangkan kebudayaan kemiskinan merupakan kemiskinan yang muncul akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, contohnya malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja dan sebagainya. Ciri dari kebudayaan miskin ini adalah masyarakat enggan mengintegrasikan dirinya dalam lembaga-lembaga utama, sikap apatis, curiga, dan terdiskriminasi oleh masyarakat luas.
Selama ini banyak perbedaan persepsi tentang kemiskinan. Adanya perbedaan tersebut, maka perlu adanya pembatas. Banyak instansi lembaga pemerintah yang mengartikan kemiskinan dari sudut sudut pandang yang berbeda-beda.
Pandangan lain tentang budaya kemiskinan adalah bahwa budaya kemiskinan merupakan efek dari belenggu kemiskinan struktural yang menghinggapi masyarakat terlalu lama, sehingga membuat masyarakat apatis, pasrah, berpandangan jika sesuatu terjadi adalah takdir. Contoh kemiskinan ini terdapat pada masyarakat pedesaan, komunitas kepercayaan atau agama, dan kalangan marginal lainnya.
Aspek poitik, yang mengakibatkan kemiskinan yaitu:
Tidak ada budaya demokrasi yang mengakar
Keputusan-keputusan politik yang sangat dipengaruhi keputusan dan kepentingan politik dari luar negeri
Tidak ada kontrol langsung dari rakyat terhadap birokrasi
Tidak berdayanya mekanisme dan sistem perwakilan politik menghadapi kepentingan modal
Aspek ekonomi, yang mengakibatkan kemiskinan yaitu:
Kebijakan globalisasi atau liberalisasi sistem ekonomi
Rendahnya akses terhadap faktor produksi pembangunan yang berorientasi pertumbuhan
Spekulasi mata uang
Aspek sosial dan budaya, yang mengakibatkan kemiskinan yaitu:
Hancurnya identitas sosio kultural yang hidup di masyarakat
Hancurnya kemampuan komunikasi antar berbagai kelompok dan [pergerakan sosial)
Marginalitas mayoritas rakyat
Lemahnya kelembagaan yang ada